Albert Einstein (1879 - 1955)

On the Motion Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid

Galileo Galilei (1564-1642)

Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove scienze

Sir Isaac Newton (1643 - 1727)

Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica

Max Karl Ernst Ludwig Planck (1858 - 1947)

On the Law of Distribution of Energy in the Normal Spectrum

James Clerk Maxwell (1831-1879)

Electricity, magnetism and light are all manifestations of the same phenomenon, namely the electromagnetic field

Rabu, 24 Juli 2013

Pipa Saluran Air Bersih Menurut Kegunaannya

 
1. Pipa Transmisi
Pipa Transmisi adalah pipa yang digunakan untuk menyalurkan air dari Sumber Mata Air atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) ke Reservoir (bak penampung).  Pipa yang digunakan sebagai Trasmisi biasanya memiliki diameter 200 mm ke atas.

2. Pipa Distribusi dan Retikulasi
Pipa distribusi adalah pipa yang digunakan untuk menyalurkan air bersih dari Reservoir ke pelanggan. Pipa yang digunakan untuk keperluan distribusi biasanya memiliki diameter 50 mm, 75 mm, 100 mm, 150 mm, dan 200 mm. Untuk pipa yang memiliki ukuran lebih kecil dari 50 mm (pipa dengan diameter 40 mm dan 25 mm) dengan kegunaan yang sama disebut Pipa Retikulasi.  Dimana pada kedua jenis pipa ini terletak titik pengambilan air bersih (taping) ke SR atau Sambungan Rumah.

3. Pipa Dinas
Pipa Dinas adalah pipa yang digunakan untuk menyalurkan air bersih dari Pipa Distribusi atau Pipa Retikulasi menuju SR atu Sambungan Rumah.

4. Pipa Persil
Pipa Persil adalah pipa yang terletak didalam persil (terletak sesudah Meter Air). Persil sendiri memiliki arti sebidang tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh seseorang atau badan dan mempunyai ukuran tertentu sesuai dengan  ketentuan yang berlaku.

Minggu, 14 Juli 2013

Alat-alat Teknik PDAM

1. Giboult Joint
2. Clamp Sadle
3. Flange Socket



Jumat, 05 Oktober 2012

Radiasi Benda Hitam

Panas (kalor) dari matahari sampai ke bumi melalui gelombang elektromagnetik. Perpindahan ini disebut radiasi, yang dapat berlangsung dalam ruang hampa. Radiasi yang dipancarkan oleh sebuah benda sebagai akibat suhunya disebut radiasi panas (Thermal Radiation).

Setiap benda secara kontinu memancarkan radiasi panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Bahkan sebuah kubus es pun memancarkan radiasi panas, sebagian kecil dari radiasi panas ini ada dalam daerah cahaya tampak. Walaupun demikian kubus es ini tidak dapat dilihat dalam ruang gelap. Serupa dengan kubus es, badan manusia pun memancarkan radiasi panas dalam daerah cahaya tampak, tetapi intensitasnya tidak cukup kuat untuk dapat dilihat dalam ruang gelap.

Setiap benda memancarkan radiasi panas, tetapi umunya benda terlihat oleh kita karena benda itu memantulkan cahaya yang datang padanya, bukan karena ia memacarkan radiasi panas. Benda baru terlihat karena meradiasikan panas jika suhunya melebihi 1000 K. Pada suhu ini benda mulai berpijar merah sepeti kumparan pemanas sebuah kompor listrik. Pada suhu di atas 2000 K benda berpijar kuning atau keputih-putihan, seperti  pijar putih dari filamen lampu pijar. Begitu suhu benda terus ditingkatkan, intensitas relatif dari spektrum cahaya yang dipancarkannya berubah. Ini menyebabkan pergeseran dalam warna-warna
spektrum yang diamati, yang dapat digunakan untuk menaksir suhu suatu benda.

Secara umum bentuk terinci dari spektrum radiasi panas yang dipancarkan oleh suatu benda panas bergantung pada komposisi benda itu. Meskipun demikian hasil eksperimen menunjukkan bahwa ada satu kelas benda panas yang memancarkan spektra panas dengan kalor yang universal, benda ini disebut benda hitam (black body). Benda hitam adalah suatu benda yang permukannnya sedemikian rupa sehingga dapat menyerap semua radiasi yang datang padanya (tidak ada radiasi yang dipantulkan keluar dari benda hitam). Dari pengamatan diperoleh bahwa semua benda hitam pada suhu yang sama memancarkan radiasi dengan spektrum yang sama.
 Dalam kenyataannya tidak ada benda yang hitam sempurna. Kita hanya dapat membuat benda yang mendekati benda hitam. Seperti ditunjukkan pada di atas, walaupun permukaan dalam kotak dicat putih (Gambar a) tetapi ketika kotak ditutup, lubang kotak tampak hitam pada siang hari (Gambar b). Mengapa demikian?

Ketika radiasi dari cahaya matahari memasuki lubang kotak, radiasi dipantulkan berulang–ulang (beberapa kali) oleh dinding kotak dan setelah pemantulan ini hampir dapat dikatakan tidak ada lagi radiasi yang tersisa (semua radiasi telah diserap di dalam kotak) dengan kata lain, lubang telah berfungsi menyerap semua radiasi yang datang padanya. Akibatnya benda tampak hitam.

Kamis, 04 Oktober 2012

Akibat Yang Menjadi Sebab?

Hasil studi ini menyodorkan langkah penting menuju pemahaman bahwa urutan kausal yang definitif mungkin tidak menjadi sifat yang wajib di alam.Salah satu konsep paling mengakar dalam dunia sains dan juga dalam kehidupan sehari-hari adalah perihal sebab akibat; gagasan bahwa peristiwa saat ini disebabkan oleh peristiwa di masa lalu dan, pada gilirannya, tindakan menjadi penyebab untuk apa yang akan terjadi di masa depan. Jika peristiwa A adalah penyebab untuk akibat B, maka B tak bisa menjadi penyebab untuk A. Kini, para fisikawan teoritis dari Universitas Wina dan Université Libre de Bruxelles menunjukkan bahwa dalam mekanika kuantum dimungkinkan untuk menciptakan situasi di mana satu peristiwa bisa menjadi keduanya, sebab maupun akibat.

Temuan ini dipublikasikan dalam Nature Communications.

Kerangka Kerja Mekanika Kuantum
Kredit: Universitas Wina





Meski belum diketahui apakah situasi semacam itu bisa ditemukan di alam, kemungkinan bahwa itu bisa terjadi telah lebih jauh mencapai implikasi bagi fondasi mekanika kuantum, kuantum gravitasi dan komputasi kuantum.

Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam fisika klasik, peristiwa diatur berdasarkan waktu: Suatu sebab hanya bisa mempengaruhi akibat di masa depannya bukan di masa lalu. Contoh sederhananya, bayangkan seseorang bernama Alice berjalan memasuki sebuah ruangan dan menemukan secarik kertas. Setelah membaca pesan yang tertulis di atas kertas itu, Alice menghapusnya dan menggantinya dengan pesan darinya sendiri. Di waktu yang berbeda, seseorang yang lain, bernama Bob, memasuki ruangan yang sama serta melakukan hal yang sama: membaca isi pesan, menghapusnya dan menulis ulang pesan sendiri ke atas kertas tersebut. Jika Bob memasuki ruangan itu setelah Alice, ia akan mampu membaca apa yang ditulis Alice; namun Alice tak akan punya peluang untuk mengetahui isi pesan dari Bob. Dalam kasus ini, pesan Alice adalah “sebab” dan apa yang dibaca Bob adalah “akibat.” Tiap kali keduanya mengulang prosedur tersebut, hanya satu yang akan mampu membaca apa yang ditulis oleh yang lain. Bahkan sekalipun mereka tidak saling melihat dan tidak mengetahui siapa yang pertama kali memasuki ruangan, mereka bisa menyimpulkannya dari apa yang mereka baca dan tulis di atas kertas. Misalnya, Alice menulis “Alice datang ke sini hari ini,” maka jika Bob membaca pesan tersebut, ia akan tahu bahwa dirinya memasuki ruangan itu sesudah Alice.

Selama hukum fisika klasik dimungkinkan, urutan peristiwa adalah bersifat tetap: baik Bob maupun Alice adalah yang pertama yang memasuki ruangan dan meninggalkan pesan untuk yang lain. Namun, ketika mekanika kuantum berperan, gambarannya bisa berubah secara drastis. Berdasarkan mekanika kuantum, objek bisa kehilangan sifat-sifat klasiknya yang sudah terdefinisi dengan baik, seperti misalnya sebuah partikel yang bisa berada di dua lokasi yang berbeda pada saat yang sama. Dalam fisika kuantum ini disebut “superposisi.”

Kini, sebuah tim internasional yang dipimpin oleh fisikawan Caslav Brukner dari Universitas Wina telah menunjukkan bahwa keteraturan sebab kejadian bisa menjadi sebuah superposisi. Apabila – dalam contoh awal – Alice dan Bob memiliki sistem kuantum selain secarik kertas biasa untuk menulis pesan, mereka dapat berakhir dalam situasi di mana masing-masing dapat membaca pesan yang ditulis satu sama lain. Efektifnya, satu situasi memiliki superposisi dari dua situasi: “Alice yang pertama memasuki ruang dan meninggalkan pesan sebelum Bob” dan “Bob yang pertama memasuki ruang dan meninggalkan pesan sebelum Alice.”

“Bagaimanapun juga, superposisi belum dipertimbangkan dalam perumusan standar mekanika kuantum karena teori ini selalu mengasumsikan urutan kausal yang pasti di antara dua peristiwa,” kata Ognyan Oreshkov dari Université Libre de Bruxelles. “Tapi jika kita yakin bahwa mekanika kuantum mengatur semua fenomena, wajar untuk mengharapkan bahwa urutan peristiwa juga bisa menjadi tidak definitif, mirip dengan lokasi sebuah partikel atau kecepatannya,” tambah Fabio Costa dari Universitas Wina.
Hasil studi ini menyodorkan langkah penting menuju pemahaman bahwa urutan kausal yang definitif mungkin tidak menjadi sifat yang wajib di alam. “Tantangan yang sebenarnya adalah mencari tahu di bagian alam mana kita harus mencari superposisi dari urutan kausal,” jelas Caslav Brukner dari kelompok Quantum Optics, Quantum Nanophysics, Quantum Information di Universitas Wina.

Sumber : www.faktailmiah.com

Kamis, 27 September 2012

Relativitas Umum Bagian II.

Pada artikel sebelumnya kita ketahui bahwa sistem Inersia berlaku juga pada kerangka Non Inersia. Coba tinjau kembali kasus pengamat dalam elevator pada artikel sebelumnya. Ketika pengamat dalam elevator melepaskan bola dari genggamannya, ternyata bola tersebut tetap diam relatif terhadap pengamat dan dinding elevator. Sehingga kita simpulkan sesuai dengan pernyataan Albert Einstein bahwa hukum Inersia juga berlaku dalam kerangka Non Inersia seperti apa yang dibuktikan oleh pengamat dalam elevator yang dipercepat itu. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah jika hukum Inersia berlaku juga untuk kerangka Non Inersia seperti kasus elevator di atas, maka setiap gaya yang bekerja pada benda didalam elevator tersebut haruslah saling meniadakan. Sedangkan kita lihat hanya terdapat satu gaya yang bekerja pada elevator, yaitu gaya berat semata yang menimbulkan elevator jatuh bebas. Lalu gaya apakah yang meniadakan pengaruh gaya berat dalam elevator jatuh bebas tersebut? Bukankan disini ada yang hilang?

Rabu, 26 September 2012

Relativitas Umum Bagian I

Dalam mekanika klasik setiap persoalan diselesaikan dalam perspektif geometri ruang euklidean yang dapat digambarkan melalui diagram Cartesian x,y, dan z.  Sehingga jarak antara dua buah titik Q dan P dapat dinyatakan dengan rumus dl2=dx2+dy2+dz2. Jika pada saat t dipancarkan cahaya dari titik Q dan cahaya tersebut tiba di titik P pada saat (t+dt), maka selang waktu yang digunakan cahaya untuk merambat dari  titik Q ke titik P adalah (t+dt)-t=dt. Hubungan dengan kecepatan cahaya dapat ditulis dengan c=dl/dt atau c2=dl2/dt2 yang juga dapat ditulis dl2=c2.dt2
Dari dua persamaan tersebut di atas,

Minggu, 23 September 2012

Teori Maxwell, Transformasi Lorentz, dan Relativitas Einstein





Sekitar akhir abad kesembilan belas James Clerk Maxwell (1831 – 1879) fisikawan asal Skotlandia berhasil merumuskan secara matematis gejala kelistrikan dan kemagnetan dengan 4 teorinya yang kita kenal sekarang dengan teori Maxwell. Satu diantara teori itu menjelaskan tentang fenomena gelombang elektromagnetik, yaitu perpaduan antara gelombang listrik transversal dan gelombang magnet transversal yang saling tegak lurus satu sama lain.